Seluruh warga dunia yang saat ini memiliki mobil tampaknya harus memanjatkan rasa terima kasih sebanyak-banyaknya kepada perusahaan elektronik Philips. Kenapa? Karena mereka lah yang pertama kali memperkenalkan pemutar kaset di mobil, yang akhirnya digunakan untuk perusahaan mobil Ford.
Mundur beberapa tahun ke belakang, sebenarnya perusahaan mobil pertama yang memperkenalkan media pemutar lagu di mobil adalah Chrysler, dengan menggunakan sebuah medium untuk memutarkan piringan hitam. Jadi pengen nyobain nggak, sih?
Saat ini, mobil-mobil sudah sangat canggih dalam aspek medium pemutar lagu. Ada mobil yang masih hanya bisa menggunakan CD atau kaset, ada yang masih menggunakan kabel AUX, ada yang sudah bisa menggunakan bluetooth, sampai menyediakan aplikasi Spotify yang sudah built-in dengan mobilnya. Tergantung tahun keluarnya mobil tersebut.
Namun, untuk mobil-mobil keluaran tahun 2015 hingga saat ini, umumnya menggunakan teknologi bluetooth yang bisa langsung dihubungkan ke ponsel pengguna. Hal ini membuat kalimat “Konekin ke bluetooth lo aja!”, jadi umum terdengar ketika kita sedang berada di mobil, entah dengan pasangan, teman-teman, atau keluarga.
Terkadang, hal sederhana seperti ini bisa memunculkan keributan antara penumpang mobil. Kenapa? Ya, karena semuanya adu keren-kerenan selera musik, lah!
Saya sempat bingung sebenarnya. Bingung karena harus orang yang seperti apa yang pantas menjadi ‘disc-jockey’ di mobil. Apakah yang memiliki selera musik bagus? Selera musik bagus pun relatif. Apakah orang yang memutar lagu-lagu ‘top 40’? Atau orang-orang yang selalu memutar lagu-lagu yang bisa sing along?
Setelah merenungi pertanyaan tersebut, akhirnya saya menemukan jawaban yang menurut saya paling tepat. Ingat ya, menurut saya. Mau nggak setuju juga boleh-boleh aja.
Mari kita sepakati bahwa musik adalah sesuatu yang universal, bahkan bisa dibilang saat ini, musik merupakan sebuah bahasa. Kita bisa berkomunikasi melalui musik. Bayangkan saja, ketika kita memutar satu lagu saja dari satu artis, orang lain bisa mengetahui aliran musik kesukaan kita apa tanpa kita harus memberi tahu aliran musik kesukaan kita. Bukan begitu? Bukan.
Benar. Satu waktu saya pernah memutar sebuah lagu dari grup musik Suede, lalu teman saya yang saat itu berada di dalam satu mobil bersama saya langsung berkata, “Eh, gue mau queue Something Changed-nya Pulp dong!”. Ya, walaupun bukan lagu dari Suede, tetapi gue paham bahwa dia mengetahui aliran musik yang sedang diputar, tanpa harus gue memberi tahu ke dia bahwa gue suka Britpop.
Namun, apakah saya bisa selamanya memutar lagu Suede dan Pulp di mobil? Tentu tidak. Hal ini menyiratkan bahwa orang yang selalu memutar lagu kesukaannya atau orang yang sering gagah-gagahan selera musik, bisa saja tidak cocok untuk menjadi ‘disc-jockey’ di mobil. Kenapa? Karena tidak selamanya selera musik kalian disukai oleh orang-orang.
Lantas, apakah orang yang selalu memutar lagu-lagu ‘top 40’ layak untuk menjadi ‘disc-jockey’ di mobil? Hmmm, tidak juga. Memang, lagu-lagu yang selalu berada di chart 40 teratas merupakan lagu-lagu yang diketahui banyak orang, tetapi terkadang di beberapa situasi, mendengarkan lagu yang sudah diputar berulang kali dimana-mana menjadi hal yang menjengkelkan.
Sebagai contoh nyata, tanpa bermaksud merendahkan Tulus, mendengarkan lagu ‘Hati-Hati di Jalan’ saat ini menjadi sesuatu yang membosankan untuk sebagian orang. Lagunya memang enak, saya pun suka dan menikmati lagu tersebut. Namun, saking seringnya lagu tersebut diputar dimana-mana, tampaknya kurang bijak jika lagu tersebut diperdengarkan kembali di mobil.
Terakhir, orang yang sering memutar lagu-lagu yang bisa ‘sing along’ atau sederhananya, karaoke-an di mobil. Dari sekian jenis-jenis orang yang sudah dijelaskan di atas, sepertinya kriteria orang yang sering memutar lagu-lagu yang bisa ‘sing along’ sudah mendekati ke orang yang pantas dan layak menjadi ‘disc-jockey’ di mobil.
Katakanlah lagu-lagu dari Dewa, Sheila on 7, Backstreet Boys, Maroon 5, atau Coldplay. Siapa yang berani ‘protes’ ketika lagu-lagu dari mereka diputar? Pasti ujung-ujungnya semua bakal nyanyi juga.
Namun, ada kalanya ketika kita juga bosan dengan suasana ‘nostalgia’ dari lagu-lagu tersebut. Salah satunya ya… karena hook dari lagunya sudah bisa ditebak, sehingga bisa membuat suasana jadi membosankan.
Jadi, apa jawaban yang tepat? Orang yang pantas menjadi ‘disc jockey’ di mobil adalah orang yang bisa menikmati semua aliran musik dan juga pandai membaca situasi dan kondisi. Maksudnya? Ya, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap orang memiliki selera musik yang berbeda-beda.
Orang yang bisa menikmati semua aliran musik dan juga pandai membaca situasi dan kondisi, atau dengan kata lain tahu bahwa mereka sedang berada di mobil bersama orang yang menyukai musik yang seperti apa, tentunya tidak akan kesulitan untuk memilih lagu yang akan diputar di dalam mobil.
Sebagai contoh, ketika sedang bepergian dengan orang-orang yang menyukai aliran musik Hip-hop, bossanova, atau K-pop, orang tersebut tidak kebingungan untuk memilih lagu apa yang diputar. Karena apa? Karena ia bisa menikmati semua aliran musik. Se-sedederhana itu.
Kadang kemampuan untuk membaca situasi dan kondisi ketika sedang berada di dalam mobil ini luput dari perhatian banyak orang. Biasanya, mereka hanya memutarkan lagu-lagu yang mereka suka, atau memutarkan lagu-lagu yang bisa ‘sing along’ tapi jatuhnya malah jadi ‘maksain’. Makannya, kalo kalian pengen menjadi ‘disc jockey’ di dalam mobil ketika sedang bepergian, pelajarilah berbagai macam aliran musik, supaya nanti nggak kebingungan lagi mau muterin lagu apa. Jangan Dewa sama Sheila on 7 mulu!