Bandung Contemporary Art Awards hadir di tahun ketujuhnya untuk menerima submisi seni dari perupa kontemporer di Indonesia dan menganugerahi hadiah uang tunai sebesar Rp100.000.000, residensi kesenian di Intermondes, la Rochelle, Prancis, serta art trip ke pusat seni rupa internasional. Bukan sekadar ajang penganugerahan seni saja, BaCAA hadir sebagai wadah untuk para perupa potensial agar dapat menjalin hubungan dengan perupa lainnya dan berkembang bersama. Selain memberi apresiasi, BaCAA juga menjadi ajang eksplorasi seni kontemporer yang berkembang di Indonesia, sehingga yang terpenting bukan hadiahnya, namun kesempatan seniman lokal untuk mendapat akses ke kancah internasional.  

Menurut Pak Wiyu Wahono, salah satu juri BaCAA, seluruh karya yang disubmisi sangat kuat, karena terdapat keberagaman yang luas pada medium yang digunakan dan juga soal pesan yang disampaikan.

“Menarik karena tema yang diangkat juga kontemporer, mulai dari pengaruh media sosial dalam merekonstruksi realita, kesetaraan gender, hingga urbanisasi,” ujar Evelyn Halim, kolektor seni sekaligus juri Seventh BaCAA. 

Di tahun ini, terdapat 15 finalis yang dipilih oleh panel juri yang terdiri oleh FX Harsono (Perupa, Indonesia), Tom Tandio (Direktur Art Fair, Indonesia), Aaron Seeto (Direktur Museum MACAN, Indonesia), Evelyn Halim (Kolektor, Indonesia) dan Wiyu Wahono (Kolektor, Indonesia). Dari 15 finalis yang terpilih, Patriot Mukmin berhasil mendapatkan residensi kesenian, Victoria Kosasie mendapatkan art trip, sedangkan Perempuan Pengkaji Seni mendapatkan hadiah uang tunai sebesar Rp100.000.000. 


Dengan berbagai macam ide baru yang tercermin dalam submisi karya di Seventh BaCAA, diharapkan bahwa ke depannya BaCAA akan selalu menjadi wadah seniman untuk menuangkan gagasan terbaiknya. Berkaca dari ucapan Aaron Seeto, obrolan antara stakeholders di dunia seni yang tertuang di BaCAA juga diharapkan dapat memberi dampak besar ke seniman lokal. 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here