Setelah penantian panjang, akhirnya noisewhore bisa kembali menggelar hajatan NW Live 2022 pada 25-26 Juni kemarin. Bagi penonton seperti Huda, ada perasaan senang karena akhirnya bisa kembali merasakan aura musisi di atas panggung. Ia turut menyerukan kelegaannya bahwa setelah 2 tahun, para musisi bisa kembali manggung seperti sebelumnya. NW Live, yang diselenggarakan sebagai konser tanpa sponsor berhasil berjalan lancar akhir pekan kemarin di Kandank Jurank Doank, Tangerang Selatan. Sebagai kolektif promotor musik yang ternama di Indonesia, noisewhore sudah sukses menyelenggarakan konser-konser independen sebelum pandemi.
NW Live juga berusaha mengorganisasi acara yang inklusif bagi semua kalangan dari berbagai usia. Melihat banyaknya gigs musik kolektif yang cenderung mengintimidasi untuk orang di luar komunitas tersebut, noisewhore berupaya mengganti perasaan itu dan membuat acara yang welcoming. noisewhore memandang bahwa ruang yang welcoming ini penting jika ingin ada kelanjutan dalam skena kolektif musik. Maka, walaupun acara dilanda hujan deras, NW Live mampu menjadi ruang yang hangat dan terasa menyambut untuk semua yang hadir.
Hari pertama NW Live dibuka oleh Rrag, band indie rock asal Bogor yang mampu menaikkan animo penonton dan menjadi awalan yang tepat untuk rangkaian NW Live. Walaupun acara sempat tertunda oleh hujan deras, penonton antusias mengikuti rangkaian penampil. Menuju petang, penampil dan penonton istirahat sejenak untuk makan dan shalat, yang ditemani oleh Three Buns Burgers dan Gosling, bar buatan noisewhore sendiri.
Di pojokan area, NW Live juga mendatangkan booth dari The Storefront Club yang menjual merchandise para penampil dan NW Live sendiri, dalam bentuk kaos, CD, hingga stiker. Penonton juga mengisi waktu istirahat dengan belajar merajut bersama Club Slipknot, dan menggambar untuk mengisi Drawing Survey-nya Tiny Studio. Setelah istirahat, panggung diisi oleh Kinder Bloomen dengan instrumental psychedelic-nya. Pengunjung pun terlihat asyik menari.
Penampilan ciamik oleh Rub of Rub, band dub eksperimental kemudian sukses membuat penonton bergoyang. Bedchamber lantas membuat penonton kembali ramai dengan penampilan mereka, sebelum dilanjutkan oleh Basboi. Terhalang kendala teknis, penampilan Basboi sejenak menjadi sesi stand up comedy sebelum ia lanjut menyanyikan lagunya seperti “Bismillah” dan “Make Me Proud”.
Joe Million juga mengalami permasalahan yang sama, namun menjadi kesempatan untuk ia turun ke penonton dan bernyanyi bersama di bawah panggung. Mocca kemudian berhasil menyihir NW Live dan membuat semua penonton bergabung dalam menyanyikan lagu-lagu legendaris, seperti “I Remember”.
Di hari kedua, NW Live berusaha menyiasati hujan deras dengan mendirikan dua panggung, mempertahankan panggung outdoor dari hari pertama, tetapi juga memanfaatkan area indoor untuk dijadikan panggung kedua. Pada panggung dalam, Leipzig membuka acara dan dilanjutkan oleh irama diskonya Guernica Club. Di saat yang bersamaan, DEKAT meramaikan panggung outdoor dengan membawakan “John Cena” dan “Pulang”. Walaupun hujan kembali mengguyur NW Live dan Matter Mos terpaksa mengundurkan jadwalnya, panggung indoors yang kecil tetap ramai dengan penampilan dari Swellow dan Glyph Talk.
Hujan yang mereda menjadi aba-aba bagi Matter Mos memulai penampilannya, yang disambut riuh ketika menampilkan lagu-lagu terbaru dari album PRONOIA 2.0 yang baru dirilis bulan Juni ini. Dongker dan KUNTARI menutup penampilan di panggung indoor dan penonton kemudian meramaikan panggung utama di luar untuk menyaksikan Tuantigabelas dan teman-teman Westwew.
Penampilan Tuantigabelas dengan lagu seperti “Move” dan “Faith” disambut dengan antusias oleh penonton yang terdengar lantang. Vincent Rompies dan teman-teman Goodnight Electric menutup malam dengan penampilan ciamik yang berhasil mengumpulkan seluruh penonton NW Live untuk berdesak-desakan di depan panggung, dan menutup hari dengan menampilkan “Klub Remaja Plastik” dan “Dopamin”.
Namun, malam tidak cepat usai. Rush dan NW Live berkolaborasi dalam mengadakan after party di area indoor-nya Studioland, yang dimeriahkan oleh Pest Anarkotech, DI0R, dan Magis dan menjadi akhir yang euforik untuk rangkaian NW Live. Bagi noisewhore, festival yang intimate seperti NW Live selalu menjadi kesempatan emas untuk penampil maupun penonton yang dapat berinteraksi secara dekat.
Terlepas dari pelaksanaan NW Live yang tanpa sponsor, penjualan tiket mampu menjadi bekal yang cukup. noisewhore mengakui, konser-konser independen tidak selalu sukses – beberapa kali, pihak organizer merugi. Namun, konser seperti NW Live inilah yang membangkitkan nama band-band kecil, karena ruang untuk eksperimen jauh lebih besar daripada acara dengan dana eksternal. Untuk penonton, sistem pendanaan NW Live menjadi satu hal yang menarik. “Kemarin itu kan sama sekali gak pake sponsor komersil, jadi full swadaya, respect banget sama teman-teman noisewhore pastinya,” puji Huda.
Pada akhirnya, walaupun hujan melanda dan list penampil beberapa kali berganti-ganti, NW Live berhasil menyelenggarakan acara ciamik yang menjadi momen tepat untuk mempersatukan penonton dan penampil setelah lama tidak bisa berjumpa dengan suasana konser.
Editor: Rajendra Putra Pamungkas